Bandar Poker Terpercaya - Pemalakan massal di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, tak
hanya dialami pemilik kendaraan pribadi yang parkir di sana. Angkutan
umum mulai dari bajaj sampai angkot pun menjadi sasaran pemalakan oleh
preman jika parkir di kawasan tersebut. Salah seorang sopir bajaj,
Suripto, menceritakan pemalakan terhadap pengemudi, baik pribadi maupun
angkutan umum sudah ada sejak lama. Bahkan, dari tahun 2002, pengemudi
berusia 50 tahun itu, mengaku selalu membayar setiap kali parkir di
badan jalan. "Setiap parkir dan dapat penumpang bayar Rp 2 ribu
sama preman," kata Suripto saat ditemui di kawasan Pasar Tanah Abang,
Sabtu, 7 September 2019.
Suripto mengatakan setiap angkutan, jika
mau aman mesti membayar kepada para preman yang ada di setiap titik
pangkalan angkutan umum. Jika pengemudi tidak membayar, kata dia, maka
bakal diusir dan tidak boleh parkir kembali di pinggir jalan. "Mereka
bisa gebrak-gebrak mobil saya kalau tidak ngasih. Saya cari aman saja.
Saya anggap kasih uang rokok mereka," kata Suripto. Suripto pun
berharap keadaan pasar Tanah Abang bisa bebas dari preman dan pemalakan.
Sebab, menurut dia, selama ini pasar Tanah Abang dikuasai oleh
preman-preman yang kerap mengutip uang dari pengemudi angkutan umum
maupun pedagang. "Petugas seperti tidak ada. Harapan saya ada
pengawasan," ujarnya.
Aksi pemalakan massal di Tanah Abang
sebelumnya menjadi viral di media sosial. Dua orang yang menjadi korban
pemalakan pun melaporkan kejadian itu ke polisi. Pada 5 September 2019,
korban sedang mengendarai kendaraannya untuk keluar dari Blok F Pasar
Tanah Abang. Sekitar pukul 15.00 WIB, belasan orang sudah menunggu di
pintu keluar Blok F. Mereka lalu meminta uang kepada korban. Pemalakan
massal juga pernah dialami, Wardani, 27 tahun dan keluarganya usai
memarkir mobilnya di Blok F Pasar Tanah Abang. "Dua tahun lalu saya
pernah mengalami pemalakan oleh puluhan pemuda seperti juru parkir
liar," kata dia.
Modus para juru parkir liar itu, kata Wardani,
adalah meminta uang dari kendaraan yang baru keluar dari lahan parkir
Blok F. Setelah kendaraan keluar, satu per satu tukang parkir itu
memalak uang pengendara dengan dalih telah memberi ruang untuk kendaraan
tersebut keluar. Hal yang membuat tidak nyaman dari aksi
pemalakan massal itu, kata Wardani, setelah satu orang diberi duit, yang
lainnya bakal mengikuti dan meminta kutipan secara bergantian. Jika
tidak diberikan para pemalak terus akan terus menggedor-gedor mobil
sampai diberikan. "Waktu itu saya diikutin sampai belokan K.S. Tubun.
Saya sampai tiga kali ngasih. Waktu itu kondisinya sedang macet juga,"
ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar