Bandar Poker Terpercaya - Ekshibisionisme atau sering juga disebut eksibisionis
adalah perilaku seksual menyimpang di mana seseorang mendapatkan
kepuasaan seksual ketika memamerkan kemaluan atau alat vitalnya di depan
umum. Perilaku eksibisionis ini diduga yang jadi latar belakang
ramainya kasus sekelompok pria mesum di Karawang. Menurut
penelusuran seorang guru salah satu SMP negeri di bilangan Jalan Ahmad
Yani, Karawang, Jawa Barat, para pria mesum tersebut kebanyakan
menargetkan siswi yang pulang sekolah. Sedikitnya 50 siswi telah jadi
korban.
"Forum anak Karawang sudah mengetahui kasus ini sejak
lama, tapi Pemkab Karawang tidak ada upaya," kata Wakil Ketua KPAI Jabar
Wawan Dikutip dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta perilaku eksibisionis:
1. Perempuan bisa jadi pelaku eksibisionis
Label eksibisionis umumnya dilekatkan kepada pria. Sebab di banyak kasus, kaum prialah yang sering mengumbar alat kelaminnya di tempat-tempat umum. Meski demikian, bukan berarti kaum hawa bersih dari kelainan perilaku ini. Menurut psikiater Dadang Hawari seorang wanita pun bisa memamerkan tubuhnya dengan cara-cara yang mengganggu. "Pertunjukan erotis yang dilakukan perempuan sehingga merangsang lawan jenisnya, itu termasuk eksibisionis. Itu eksibisionis komersil," kata Dadang.
2. Kepuasan pelaku eksibisionis
Menurut psikiater dr Andri, SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik, RS Omni Alam Sutera, ekspresi kaget dan terkejut dari korban bisa jadi sumber kepuasan para pelaku eksibisionis. Oleh karena itu dr Andri menyarankan agar seseorang yang menghadapi pelaku sebisa mungkin tidak heboh menanggapinya. "Jadi biasa saja sikapnya. Kalau kita biasa saja, malah membuat dia akan lebih tidak nyaman karena tujuannya tidak berhasil," kata dr Andri beberapa waktu lalu.
Label eksibisionis umumnya dilekatkan kepada pria. Sebab di banyak kasus, kaum prialah yang sering mengumbar alat kelaminnya di tempat-tempat umum. Meski demikian, bukan berarti kaum hawa bersih dari kelainan perilaku ini. Menurut psikiater Dadang Hawari seorang wanita pun bisa memamerkan tubuhnya dengan cara-cara yang mengganggu. "Pertunjukan erotis yang dilakukan perempuan sehingga merangsang lawan jenisnya, itu termasuk eksibisionis. Itu eksibisionis komersil," kata Dadang.
2. Kepuasan pelaku eksibisionis
Menurut psikiater dr Andri, SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik, RS Omni Alam Sutera, ekspresi kaget dan terkejut dari korban bisa jadi sumber kepuasan para pelaku eksibisionis. Oleh karena itu dr Andri menyarankan agar seseorang yang menghadapi pelaku sebisa mungkin tidak heboh menanggapinya. "Jadi biasa saja sikapnya. Kalau kita biasa saja, malah membuat dia akan lebih tidak nyaman karena tujuannya tidak berhasil," kata dr Andri beberapa waktu lalu.
3. Sumber perilaku eksibisionis
Pelaku eksibisionis tidak malu bila kemaluannya terlihat orang asing. Menurut dr Andri salah satu pemicu eksbisionis bisa jadi karena sebetulnya pelaku merasa inferior, kesulitan berinteraksi dengan lawan jenis. Hal ini juga dijelaskan dalam beberapa literatur tentang eksibisionisme. "Akhirnya dia merasa seperti berkuasa, ketika ia mampu menakut-nakuti atau mendapatkan reaksi kaget dari orang lain ketika dia melakukan eksibisionisme tersebut," kata dr Andri.
4. Terapi perilaku eksibisionis
Menurut dr Andri untungnya perilaku eksibisionis bisa disembuhkan. Ada beberapa jenis terapi yang bisa diberikan kepada seseorang dengan kecenderungan eksibisionisme, salah satunya terapi perilaku dan pemberian obat-obatan yang sifatnya mengubah hormon si pelaku. "Pertama-tama kita lakukan psikoanalitik, utamanya mencari dasar dari perbuatan eksibisionisme yang dilakukan sehingga orang tersebut akhirnya bisa menyadari apakah memang karena inferioritasnya ataukah karena masalah lainnya," papar dr Andri.
Pelaku eksibisionis tidak malu bila kemaluannya terlihat orang asing. Menurut dr Andri salah satu pemicu eksbisionis bisa jadi karena sebetulnya pelaku merasa inferior, kesulitan berinteraksi dengan lawan jenis. Hal ini juga dijelaskan dalam beberapa literatur tentang eksibisionisme. "Akhirnya dia merasa seperti berkuasa, ketika ia mampu menakut-nakuti atau mendapatkan reaksi kaget dari orang lain ketika dia melakukan eksibisionisme tersebut," kata dr Andri.
4. Terapi perilaku eksibisionis
Menurut dr Andri untungnya perilaku eksibisionis bisa disembuhkan. Ada beberapa jenis terapi yang bisa diberikan kepada seseorang dengan kecenderungan eksibisionisme, salah satunya terapi perilaku dan pemberian obat-obatan yang sifatnya mengubah hormon si pelaku. "Pertama-tama kita lakukan psikoanalitik, utamanya mencari dasar dari perbuatan eksibisionisme yang dilakukan sehingga orang tersebut akhirnya bisa menyadari apakah memang karena inferioritasnya ataukah karena masalah lainnya," papar dr Andri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar