Bandar Poker Terpercaya - Terdakwa Abdur Rochman Harits akhirnya
membuat pengakuan terkait dengan pencabulan terhadap GAS, seorang siswa
kelas I SD. Pria 20 tahun itu mengaku kepincut dengan ketampanan bocah
itu setelah menonton film gay. Korban dicabuli di dalam toilet sekolah. Pengakuan
tersebut diungkapkan Harits di hadapan majelis hakim yang diketuai
Slamet Riadi saat sidang di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.
Dalam
sidang tertutup itu, Harits yang bekerja sebagai petugas cleaning
service sekolah mengaku menyodomi korban setelah menonton
film asusila gay. Sodomi tersebut dilakukan pada 12 Oktober 2018 di
toilet sekolah. Saat itu, sekitar
pukul 08.00, Harits membersihkan toilet sekolah. Ketika jam pelajaran
berlangsung, korban GAS pergi ke toilet untuk buang air kecil. Terdakwa
yang baru saja menonton film porno kepincut dengan ketampanan korban. ''Dia
mengakui. Anaknya datang, lalu dibekap pakai tangan kiri. Tangan kanan
peloroti celana korban. Baru satu korban dan sekali. Dia habis nonton
film gay,'' ujar jaksa penuntut umum (JPU) Samsu J. Efendi setelah
sidang.
Menurut jaksa Samsu,
pengakuan terdakwa itu sudah sesuai dengan dakwaan. Selain itu,
keterangan terdakwa saling berkaitan dengan keterangan saksi-saksi yang
sudah pernah dihadirkan. Termasuk keterangan saksi korban. Sementara
itu, Fariji, pengacara terdakwa, menyatakan bahwa kliennya memiliki
kelainan orientasi seksual. Terdakwa ketika itu kepincut setelah melihat
ketampanan korban. Menurut dia,
terdakwa masih perjaka dan belum pernah berhubungan seksual dengan lawan
jenis. ''Tidak direncanakan. Spontan. Setelah melihat anak itu ganteng
dan putih. libidonya langsung muncul. Apalagi setelah menonton video
porno,'' ungkap Fariji.
Harits dijerat dengan pasal 82 ayat 1 jo
pasal 76E Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Terdakwa Harits kembali menjalani sidang dengan agenda tuntutan pekan
depan. Di pihak lain, orang tua
korban yang berinisial SA menyayangkan sikap terdakwa maupun pihak
sekolah yang dianggapnya tidak berempati dengan kasus sodomi terhadap
anaknya. Menurut dia, kasus tersebut
cukup serius karena bisa berdampak terhadap kondisi psikologis anaknya
yang menjadi korban. ''Sampai sekarang, dari pelaku sama sekolah, tidak
ada iktikad baik. Belum ada empati sama sekali. Malah cenderung sinis,''
katanya.
Kini korban masih
mengalami trauma. Menurut dia, anaknya masih menjalani konseling untuk
pemulihan trauma secara rutin dua pekan sekali. ''Sampai sekarang, kalau
melihat orang dewasa, dia masih ketakutan,'' ujarnya. SA
mengungkapkan, setelah kejadian tersebut, anaknya langsung pindah
sekolah ke Jakarta. Tujuannya, mempercepat pemulihan kondisi psikologis
anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar